Thursday 16 February 2017

Monday 6 February 2017

I Believe In You (PART 2)

Tidak sukses dengan SMP 1, semua pelajaranku berantakan, pertemananku biasa-biasa saja, paling hanya satu dua teman akrab di kelas. Menginjak kelas SMP 2, diriku masih tidak jauh dari masalah, hari pertama masuk kelas saja, teman depan dan belakangku bertengkar. Dua lelaki hina yang entah sebab apa, beradu mulut tidak karuan. Tiba-tiba yang di belakang entah siapa namanya pada saat itu mencengkram baju yang di depan, tak berapa lama mereka saling meninju. Entah bodoh atau apa, saat itu tubuhku bergerak sendiri, seperti ada yang mendorong dan tak sadar diriku sudah di tengah-tengah mereka. Semua diam membisu, menatap diriku, lalu aku cuma bisa bergumam hei berhenti, jangan berantem lagi. Mereka pura-pura tidak mendengar, tanpa menghiraukan diriku  mereka lanjut adu tinju hingga salah satu kepalan mereka menonjok ke pahaku. Orang bodoh juga tahu rasanya apa, saking sakitnya aku sampai terluntang layu berlutut mencari tempat duduk. Tidak lama guru wali kami datang melerai mereka. Tololnya luar biasa kejadian ini. 

Kisah aneh tapi nyata, diriku malah terlibat pertengkaran mereka. Tiba-tiba disuruh ikut maju menghadap ke guru wali. Pertanyaan pertama, kenapa berkelahi. Pertanyaan kedua, ini hari pertama kenapa berbuat onar. Diriku hanya menjawab tidak tahu, aku hanya korban Sir. Iya, panggilannya Sir, karna guru waliku itu mengajar mata pelajaran Bahasa Inggris. Oke, masalah selesai, mereka saling minta maaf dan ketika balik ke kelas, wajah anak-anak sudah melabel diriku, perempuan nakal, hahaha luar biasa sekali kemampuan label itu...........

Beberapa hari berlalu, tak banyak yang ingin berteman denganku, pada akhirnya malah akrab dengan lelaki depan dan belakang bangkuku. Ternyata mereka pembuat onar kelas, juara sekali, berisik, yang satu pernah tidak naik kelas, yang satu giginya hilang karena jatuh nakal berbuat onar. Terimakasih Tuhan, lingkungan apa ini. I don't fit on this place! Geram sekali.

Karena sudah biasa, akhirnya kami selalu ngobrol bertiga, entah kenapa jadi akrab dan bahkan tau latar belakang keluarga masing-masing. Laki-laki yang di belakang ternyata asalnya jauh dari kota, tinggal sendirian di kosan. Sehari-hari naik angkot ke sekolah, masak sendiri, menyuci sendiri, hidupnya mandiri, suka main game online, nonton anime dan main futsal. Yang depan anak yang cukup kaya, orang tuanya saudagar terkenal di kota, wajahnya modal tampang belagu, tapi sangat pintar matematika, dia pernah ikut olimpiade juga saat SD, punya kecepatan dalam menghitung super, bedanya dia bukan anak manis, pembuat onar kelas kakap, suka loncat sana-sini dan hobi main bulu tangkis. Larinya cepat, seperti kancil, dia pelari tercepat di kelas bahkan tiga besar angkatan. 

Tidak sampai di sana, pertemanan kami sampai ke daerah privat. Ternyata oh ternyata suatu ketika si lelaki belagu jatuh cinta kepada seorang perempuan yang duduk di samping kananku di kelas. Anaknya pemalu, senyumnya manis, cukup pintar dan punya tahi lalat menawan di dekat bibir. Lantas sebagai teman, kami bantu dia untuk dekat dengan si perempuan. 

(to be continued............)