Saya merekomendasikan cara dengan
proses komunikasi antar etnis berupa dialog lintas budaya. Faktanya, LSM yang
meyediakan dialog lintas budaya sudah banyak dibentuk, diselenggarakan dan diterapkan
pemerintah sejak sebelum konflik Sampit muncul. Namun peranannya masih belum
terlalu berpengaruh terhadap masyarakat pada waktu itu. Pada tahun 2010,
berdasarkan Instruksi
Bupati Kotawaringin Timur (Kotim) Nomor 12 Tahun 2010, telah dibentuk FPK, yaitu
Forum Pembauran Kebangsaan. Salah satu fungsi dari Forum Pembauran
Kebangsaan adalah sebagai wadah informasi, komunikasi, konsultasi dan kerjasama
antar warga yang terdiri dari pemuka masyarakat dari berbagai ras, suku dan
etnik setempat dalam upaya menumbuhkan, memantapkan, memelihara dan mengembangkan
pembauran kebangsaan ke arah yang positif dan bermanfaat, serta memecahkan
setiap permasalahan, perselisihan antar warga secara damai dengan cara
musyawarah-mufakat atas dasar kekeluargaan. Tujuan dari dibentuknya FPK ini
adalah menjaring, menampung aspirasi di bidang pembauran kebangsaan, menyelenggarakan
forum dialog antar pimpinan organisasi pembauran kebangsaan, pemuka masyarakat,
tokoh adat, suku dan masyarakat. Selain itu, dibentuk pula organisasi komunitas
berbagai etnis yaitu Kerukunan Keluarga Dayak Dan Suku Ras Lainnya Provinsi
Kalteng (KKD-KT) pada tahun 2011 dengan visi misi yang serupa dengan FPK dan
sebagai wujud trauma atas konflik Sampit pada tahun 2001 silam serta ingin
memberlakukan pembauran yang lebih mengedepankan persamaan dan perdamaian.
Dialog lintas budaya
tidaklah cukup apabila pengenalan budaya antar suku tidak diperkenalkan secara
luas. Artinya dengan komunikasi tentunya tidak 100% pembauran akan efektif
terjadi dan perlu suatu bentuk pengenalan budaya masing-masing etnis yang lebih
nyata atau konkret. Menurut saya, cara yangcukup efektif lainnya adalah dengan expo
budaya. Expo budaya adalah sebuah bentuk ajang pameran budaya terutama di bidang
seni dan ekonomi. Expo budaya akan memberikan kontribusi besar terhadap
apresiasi masyarakat mengenai nilai-nilai budaya antar etnis. Faktanya
Kabupaten Sampit sangat terkenal dengan expo budaya Sampit yang diselenggarakan
secara berkala, bahkan expo Sampit 2012 bulan Februari dikunjungi oleh 11 ribu
orang dengan total transaksi mencapai Rp.9.7 miliar. Dari sini kita bisa
melihat antusiasme masyarakat sangat besar terhadap expo budaya. Dalam expo
budaya Sampit, tidak hanya budaya etnis Dayak saja yang ditampilkan, ada pula
budaya etnis Banjar, etnis Madura dan etnis budaya lainnya. Contohnya saja
dalam expo Sampit bulan Februari 2012, cukup mudah ditemukan budaya etnis
Madura seperti kuliner sate dan kerajinan batik tulis Madura ataupun budaya
Dayak seperti kerajinan manik-manik dan kerjainan rotan. Dari aktivitas expo
sesungguhnya kita bisa melihat suatu bentuk integritas dan menurut saya akan lebih
baik lagi apabila expo budaya turut serta memperkenalkan budaya antar etnis
tidak hanya mencakup seni atau sistem ekonomi berbagai etnis saja tetapi turut
serta menyoroti gaya hidup ataupun aktivitas suatu etnis dan nilai-nilai
kehidupan antar masing-masing etnis. Dengan demikian, pemahaman masyarakat
mengenai budaya antar etnis diharapkan bisa lebih meluas dan terjadi pembauran
dalam masyarakat sehingga terciptalah integritas serta pemahaman antar suku ke
arah yang lebih baik.
Penulis,
0 comments:
Post a Comment
Your comment is our priority to be better, thanks for the support :)
Komentar Anda adalah prioritas utama kami untuk menjadi lebih baik, terimakasih atas partisipasinya :)